Sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, tata kelola input (pemupukan) telah mengalami perubahan pesat dan ditetapkan berdasarkan hasil penelitian. Rekomendasi pemupukan yang semula bersifat umum, secara bertahap berubah menjadi spesifik lokasi, musim tanam, varietas, dan target hasil yang ingin dicapai. Pemupukan atau pengelolaan hara spesifik lokasi (PHSL) memberi peluang bagi peningkatan hasil gabah per unit pemberian pupuk, menekan kehilangan pupuk, dan meningkatkan efisiensi pemupukan serta berorientasi menjaga kelestarian atau ramah terhadap lingkungan.
Filosofi PHSL
PHSL adalah pendekatan atau cara dalam menetapkan jenis dan dosis pupuk berdasarkan status kesuburan tanah dan kebutuhan hara tanaman. Jumlah pupuk yang diberikan bersifat komplementer, hanya untuk memenuhi kekurangan hara yang dibutuhkan tanaman dari yang tersedia dalam tanah sehingga memenuhi prinsip menjaga keseimbangan hara.
Apabila pertumbuhan tanaman hanya ditentukan oleh pasokan hara, maka keseimbangan hara optimal tercapai pada saat tanaman dapat menyerap 14,7 kg N; 2,6 kg P, dan 14,5 kg K untuk menghasilkan setiap ton gabah. Angka-angka ini kemudian dipakai sebagai dasar penghitungan kebutuhan pupuk pada tanaman padi.
Target produksi yang ditetapkan PHSL memperhatikan potensi hasil varietas yang digunakan. Sebagai acuan penetapan target hasil berlandaskan batas atas 80% dari potensi hasil menurut deskripsi varietas yang digunakan.
Alat Bantu PHSL
Penetapan rekomedasi pupuk berdasarkan pendekatan PHSL membutuhkan alat bantu (perangkat uji) untuk masing-masing jenis hara tanaman. Penetapan kebutuhan hara N didasarkan pada kandungan khlorofil daun.
Penetapan kebutuhan N berdasarkan BWD (kiri) dan SPAD meter (kanan)
Ambang kritis penetapan aplikasi pupuk N berada pada skala 4 bagan warna daun (BWD) atau angka 35 pada SPAD meter, setara 1,4-1,5 g N/m2 luas daun. Pemupukan berdasarkan BWD dapat menghemat kebutuhan pupuk N sebesar 10-15% dan menekan biaya pemupukan 15-20% dari takaran yang berlaku umum tanpa menurunkan hasil.
Tingkat hasil panen dari berbagai perlakuan pemupukan NPK juga dapat digunakan sebagai dasar penetapan rekomendasi pemupukan in situ dikenal dengan nama minus satu unsur atau teknik Petak Omisi. Rekomendasi pupuk disesuaikan dengan tabel petak omisi.
Rekomendasi pupuk berdasarkan petak omisi
Target Hasil (t/ha) |
4 |
5 |
6 |
7 |
8 |
|
4 |
5 |
6 |
|
7 |
8 |
|
Hasil Plot tanpa P (t/ha) |
Dosis SP 36(kg/ha) |
Hasil Plot tanpa K (t/ha) |
|
Dosis KCl(kg/ha) |
|||||||||
3 |
50 |
100 |
150 |
t |
t |
3 |
75 |
125 |
175 |
|
t |
t |
|
4 |
40 |
60 |
100 |
150 |
t |
4 |
50 |
100 |
150 |
|
200 |
t |
|
5 |
|
50 |
70 |
100 |
150 |
5 |
|
75 |
125 |
|
175 |
225 |
|
6 |
|
|
60 |
80 |
125 |
6 |
|
|
100 |
|
150 |
200 |
|
7 |
|
|
|
70 |
100 |
7 |
|
|
|
|
125 |
175 |
|
8 |
|
|
80 |
8 |
|
|
|
150 |
|||||
Penetapan kebutuhan pupuk P dan K juga dapat berdasarkan hasil uji Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS).
Alat PUTS (kiri); Info pemupukan berbasis IT (kanan)
Dengan database yang diperoleh berdasarkan alat-alat bantu pemupukan tersebut, kebutuhan pupuk tanaman padi juga dapat dihitung menggunakan perangkat lunak berbasis IT, seperti HP (hand phone) atau dapat diakses melalui website.
Berita Utama | 13-03-2018 | Hits:1195
Info Teknologi | 30-01-2018 | Hits:2174
Hak Cipta © 2015. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi