Lahan rawa lebak merupakan salahsatu sumberdaya yang potensial untuk dikembangkan menjadi kawasan pertanian tanaman pangan di Provinsi Jambi. Namun demikian pemanfaatannya belum dilakukan secara optimal. Kendala utama pengembangan usahatani lahan rawa lebak adalah genangan maupun kekeringan yang belum dapat diprediksi. Selain tata air yang masih belum dikuasai, kendala lain adalah gangguan hama dan penyakit, faktor sosial ekonomi. Kendala tersebut dapat diatasi dengan penerapan teknologi yang tepat guna, di antaranya adalah penggunaan varietas unggul yang adaptif dan teknologi penataan lahan. Di lahan rawa lebak terdapat beragam varietas padi lokal. Selain itu terdapat pula varietas padi liar (Oryza rutifogon L) yang berkembang pada lahan rawa lebak dalam. Petani tradisional masih menanam padi varietas lokal umur dalam, potensi hasil rendah, di antaranya: Sekulo, Kotek, Seren Halus, Bayar Putih, Bayar Melintang dan lain-lain yang umurnya panjang sekitar 6 bulan. Penggunaan varietas-varietas ini dikarenakan antara lain: benih mudah diperoleh, rasa nasi disenangi (pera), hasil panen mudah dipasarkan dan harga jual lebih tinggi, sangat toleran dengan kondisi rawa. Pada saat ini sudah banyak varietas unggul baru (VUB) yang toleran cekaman lingkungan (kemasaman tinggi dan efek keracunan Fe dan Al serta serangan hama dan penyakit), tahan rendaman, potensi hasil tinggi, umur genjah dan lebih tahan hama penyakit seperti INPARA 1, INPARA 2, INPARA 3, INPARA 4, INPARA 5 dan INPARA 6. Namun varietas-varietas tersebut belum menyebar secara luas di kawasan rawa lebak di Indonesia, khususnya di Provinsi Jambi. Deskripsi beberapa varietas INPARA disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Keunggulan varietas Inpara 1, Inpara 2 dan Inpara 3.
Varietas |
Keunggulan |
INPARA 1 |
Potensi hasil 6,5 t/ha, pera, mutu baik, toleran Fe dan Al, agak tahan WBC biotipe 1 dan 2, tahan HDB dan blas, cocok untuk lahan rawa lebak dan pasang surut. |
INPARA 2 |
Potensi hasil 6,1 t/ha, pulen, mutu baik, toleran Fe, Al, agak tahan WBC biotipe 2, tahan terhadap HDB dan blas, cocok ditanam di lahan rawa lebak dan pasang surut. |
INPARA 3 |
Potensi hasil 5,6 t/ha, tahan rendaman selama 6 hari fase vegetatif, agak tahan WBC biotipe 3 dan tahan terhadap blas, toleran Fe & Al, cocok ditanam di lahan rawa lebak dan pasang surut, serta sawah irigasi rawan banjir. |
INPARA 4 |
Potensi hasil 7,63 t/ha, tekstur nasi pera, baik ditanam di daerah rawa lebak dangkal dan sawah rawan banjir, toleran terendam selama 14 hari pada fase vegetatif, agak tahan WBC biotipe 3, tahan terhadap HDB strain IV dan VIII. |
INPARA 5 |
Potensi hasil 7,2 t/ha, tekstur nasi sedang, baik ditanam di daerah rawa lebak dangkal dan sawah rawan banjir, toleran terendam selama 14 hari pada fase vegetatif, agak tahan WCK biotipe 3, tahan terhadap HDB strain IV dan VIII. |
INPARA 6 |
Potensi hasil 5,98 t/ha, tekstur nasi sedang, baik ditanam di lahan rawa pasang surut sulfat masam potensial dan rawa lebak, tahan blas, agak tahan terhadap HDB strain IV dan toleran terhadap keracunan Fe. |
Upaya penyebaran VUB untuk lahan rawa lebak sudah dilakukan di Jambi melalui kegiatan demfarm kegiatan SL-PTT yang dilakukan di Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi.
Komponen teknologi yang dimasukkan melalui pendekatan PTT di lahan rawa lebak adalah sebagai berikut :
1. Varietas
• Varietas unggul baru yang sesuai adalah adalah varietas yang mempunyai potensi hasil tinggi, tahan rendaman (cepat memanjang, berkecambah dalam kondisi tergenang), tahan hama dan penyakit, tahan kekeringan atau berumur genjah serta disukai petani.
• Varietas unggul baru yang sesuai untuk lahan rawa lebak di antaranya : Inpara 1, Inpara 2, Inpara 3, Inpara 4, Inpara 5 dan Inpara 6.
2. Persemaian
Persemaian untuk VUB (varietas unggul baru) di rawa lebak, agar supaya bibitnya tidak terlalu tua, maka persemaian untuk rawa dangkal, rawa tengahan dan rawa dalam dibuat terpisah sesuai dengan waktu tanam atau kedalaman air (tipologi lahan). Kalaupun ada pembibitan bertahap diusahakan tidak lebih dari satu kali pemindahan sehingga bibit tidak terlalu tua.
3. Penyiapan Lahan
4. Cara dan Sistem Tanam
5. Pengelolaan Air
Di lahan rawa lebak pengelolaan air sangat penting, terutama untuk menghindari fluktuasi genangan air yang tinggi dan yang datang sewaktu-waktu bila ada hujan.
6. Pemupukan yang Efisien dan Efektif
7. Pengendalian Gulma
8. Pengendalian Hama dan Penyakit Padi Rawa Lebak
9. Panen dan Pasca Panen
Dari hasil pengujian dan penyebaran VUB yang dilakukan melalui PTT ini VUB yang cukup menunjukkan hasil yang signifikan adalah varietas INPARA 3, di samping produksinya tinggi, rasa nasinya yang pera lebih disukai petani.
Keragaan VUB INPARA 3
Intensitas hujan pada Desember hingga Maret setiap tahun sangat tinggi sehingga di lahan rawa lebak seringkali terjadi banjir yang menyebabkan terendamnya lahan rawa lebak. Varietas yang banyak ditanam petani di wilayah tersebut, seperti, Ciherang dan Indragiri tidak mampu bertahan oleh genangan banjir yang sering merendam keseluruhan tanaman selama 1-2 minggu. Kerusakan sawah yang diakibatkan banjir ini berdampak terhadap penurunan produksi antara 30-60 persen yang tentu saja berpengaruh langsung terhadap kesejahteraan petani dan produksi padi nasional.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa varietas INPARA 3 memperoleh produksi 6,50 ton GKG/ha. Dari data produksi terlihat bahwa produksi yang diperoleh varietas INPARA 3 melebihi potensi hasil dari deskripsi varietas tersebut (Tabel 2).
Table 2. Keragaan tanaman padi varietas INPARA 3 di lokasi demplot SL-PTT Kabupaten Batanghari dan Deskripsi Varietas INPARA 3
No. |
Uraian |
Keragaan INPARA 3 (Demplot) |
Deskripsi INPARA 3 |
1. |
Tinggi tanaman (cm) |
130 |
108 |
2. |
Jumlah anakan produktif |
30 |
17 |
3. |
Jumlah gabah/malai |
140 |
136 |
4. |
Berat 1.000 biji (gr) |
30,2 |
25,7 |
5. |
Produksi (ton GKG/ha) |
6,50 |
4,6 |
6. |
Potensi hasil (ton GKG/ha) |
- |
5,6 |
VUB INPARA 3 VUB INPARA 5
Di samping itu juga dikembangkan VUB INPARA 1 dan 5, sedangkan di lahan rawa lebak Kabupaten Muaro Jambi pengembangan VUB juga telah dilakukan oleh BPTP Jambi melalui pengembangan SL-PTT. VUB yang diuji dan hasil yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4.
Tabel 3. Rata-rata Hasil Varietas Unggul Baru (VUB) sebagai Pendampingan SL- PTT Padi oleh BPTP Jambi di Kabupaten Muaro Jambi tahun 2010
No. |
Varietas Unggul Baru (VUB) |
Produktivitas GKP (t/ha) |
Rata-rata |
||
Desa Tunas Baru |
Desa Barembang |
Desa Pematang Pule |
|
||
1. |
INPARA 1 |
5,16 |
5,7 |
5,85 |
5,57 |
2. |
INPARA 3 |
5,4 |
6,16 |
7,0 |
6,19 |
3. |
Air Tenggulang |
5,0 |
5,4 |
4,16 |
4,85 |
4. |
Gilirang |
5,39 |
5,38 |
5,39 |
5,39 |
5. |
INPARI 8 |
6,0 |
5,5 |
4,9 |
5,47 |
VUB INPARA 1 VUB INPARA 3
Tabel 4. Rata-rata Produktivitas Padi Varietas Ciherang pada Pendampingan SL- PTT tahun 2010 di Kabupaten Muaro Jambi
No |
Desa |
Produktivitas (t/ha) |
Peningkatan Produktivitas LL dibandingkan dengan (%) |
|||
Non SL-PTT |
Luar LL |
LL |
Non SL-PTT |
Luar LL |
||
1. |
Barembang |
5,10 |
5,52 |
5,90 |
15,68 |
6,88 |
2. |
Tunas Baru |
4,00 |
4,95 |
5,10 |
27,5 |
3,03 |
3 |
Pematang Pule |
4,90 |
5,20 |
5,60 |
14,28 |
7,69 |
4. |
Kayu Aro |
5,00 |
5,10 |
5,60 |
12,00 |
9,80 |
5. |
Rantau Majo |
4,50 |
4,98 |
5,5 |
22,22 |
10,44 |
6. |
Sekernan |
5,00 |
5,15 |
5,70 |
14,00 |
10,67 |
|
Rata-rata |
4,75 |
5,21 |
5,73 |
20,63 |
9,98 |
Varietas Unggul Baru yang dilepas tahun 2008 dan 2009.
Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa pada tahap awal pengembangan VUB, varietas Ciherang cukup berkembang dengan luas dan disukai oleh petani. Selanjutnya BPTP menyebarluaskan VUB jenis INPARA yang sangat potensial untuk dikembangkan di lahan rawa lebak Provinsi Jambi.
Sumber : Badan Litbang Pertanian
Berita Utama | 13-03-2018 | Hits:1231
Info Teknologi | 30-01-2018 | Hits:2204
Hak Cipta © 2015. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi