Menghadapi datangnya musim kemarau, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian menyusun dan menetapkan berbagai strategi antisipasi dampak keragaman dan perubahan iklim, salah satu strateginya adalah untuk menghadapi dampak perubahan iklim yang bersifat langsung seperti kekeringan pada tanaman padi.
Untuk menghadapai masalah tersebut, Balitbangtan Kementerian Pertanian telah menyiapkan dan menyediakan varietas unggul baru padi lahan kering, berdaya hasil tinggi dan toleran kekeringan sesuai dengan karakteristiknya. Hal tersebut ditegaskan Kepala Balitbangtan Dr. M. Syakir saat jumpa pers dengan berbagi media di kantornya, Pasar Minggu, Jakarta, Kamis 9 Juli 2015.
Karakteristik beberapa varietas unggul tersebut adalah: umur genjah, tahan dan adaptif terhadap kekeringan dan dapat bertahan pada dua kondisi iklim yang berbeda yaitu lahan kering dan lahan genangan (Amfibi). Varietas-varietas tersebut adalah: Limboto, Batutegi, Towuti, Situ Patenggang, Situ Bagendit, Inpari 10 Laeya, Inpago 4, Inpago 5, Inpago 6, Inpago 7 Inpago 8, dan Inpago 9.
Kedua belas varietas unggul amfibi tersebut mampu bertahan pada kondisi kering sebagaimana halnya pagi gogo (ladang) dengan potensial air tanah (pF) sampai 2,90 dan juga mampu bertahan dan berproduksi baik pada kondisi tergenang sebagaimana padi sawah, terutama pada musim kemarau atau kondisi iklim yang kurang menentu. Sebagai contoh, varietas Situ Bagendit dan Inpago yang merupakan varietas pagi gogo/lahan kering, namun mampu beradaptasi dengan baik pada kondisi tergenang pada lahan sawah. Sebaliknya, Inpari 10 Laeya yang merupakan padi sawah irigasi, mampu beradaptasi baik pada kondisi kekeringan dilahan sawah dan juga beradaptasi baik pada lahan tadah hujan dan gogo.
Hingga pertengahan tahun 2015 ini Balitbangtan telah mendistribusikan benih sumber padi gogo sebanyak 526,2 ton ke berbagai wilayah Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Sumatera Selatan.
Langkah-langkah seperti penyiapan varietas toleran kekeringan dan genangan(banjir) melalui idenfikasi plasma nutfah dan galur-galur harapan, hingga perakitan dan pengujian padi toleran/tahan terhadap cekaman kekeringan, rendaman, salinitas dan organisme pengganggu Tanaman (OPT) serta teknik budidaya merupakan langkah utama dalam menghadapi dampak perubahan iklim.
12-04-2018 | Hits:183
11-04-2018 | Hits:465
06-04-2018 | Hits:467
02-04-2018 | Hits:403
15-03-2018 | Hits:620
Hits:103143
Hits:45803
Hits:25082
weblinks
Hak Cipta © 2015. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi
Menghadapi datangnya musim kemarau, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian menyusun dan menetapkan berbagai strategi antisipasi dampak keragaman dan perubahan iklim, salah satu strateginya adalah untuk menghadapi dampak perubahan iklim yang bersifat langsung seperti kekeringan pada tanaman padi.
Untuk menghadapai masalah tersebut, Balitbangtan Kementerian Pertanian telah menyiapkan dan menyediakan varietas unggul baru padi lahan kering, berdaya hasil tinggi dan toleran kekeringan sesuai dengan karakteristiknya. Hal tersebut ditegaskan Kepala Balitbangtan Dr. M. Syakir saat jumpa pers dengan berbagi media di kantornya, Pasar Minggu, Jakarta, Kamis 9 Juli 2015.
Karakteristik beberapa varietas unggul tersebut adalah: umur genjah, tahan dan adaptif terhadap kekeringan dan dapat bertahan pada dua kondisi iklim yang berbeda yaitu lahan kering dan lahan genangan (Amfibi). Varietas-varietas tersebut adalah: Limboto, Batutegi, Towuti, Situ Patenggang, Situ Bagendit, Inpari 10 Laeya, Inpago 4, Inpago 5, Inpago 6, Inpago 7 Inpago 8, dan Inpago 9.
Kedua belas varietas unggul amfibi tersebut mampu bertahan pada kondisi kering sebagaimana halnya pagi gogo (ladang) dengan potensial air tanah (pF) sampai 2,90 dan juga mampu bertahan dan berproduksi baik pada kondisi tergenang sebagaimana padi sawah, terutama pada musim kemarau atau kondisi iklim yang kurang menentu. Sebagai contoh, varietas Situ Bagendit dan Inpago yang merupakan varietas pagi gogo/lahan kering, namun mampu beradaptasi dengan baik pada kondisi tergenang pada lahan sawah. Sebaliknya, Inpari 10 Laeya yang merupakan padi sawah irigasi, mampu beradaptasi baik pada kondisi kekeringan dilahan sawah dan juga beradaptasi baik pada lahan tadah hujan dan gogo.
Hingga pertengahan tahun 2015 ini Balitbangtan telah mendistribusikan benih sumber padi gogo sebanyak 526,2 ton ke berbagai wilayah Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Sumatera Selatan.
Langkah-langkah seperti penyiapan varietas toleran kekeringan dan genangan(banjir) melalui idenfikasi plasma nutfah dan galur-galur harapan, hingga perakitan dan pengujian padi toleran/tahan terhadap cekaman kekeringan, rendaman, salinitas dan organisme pengganggu Tanaman (OPT) serta teknik budidaya merupakan langkah utama dalam menghadapi dampak perubahan iklim.
Berita Utama | 13-03-2018 | Hits:1231
Info Teknologi | 30-01-2018 | Hits:2204
Hak Cipta © 2015. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi